London, sebagai ibukota Inggris yang terkenal, memiliki iklim yang bervariasi sepanjang tahun. Suhu udara di London dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk letak geografis, arus udara, dan perubahan iklim global. Letaknya di sepanjang Sungai Thames memberikan pengaruh maritim pada kota ini, yang berarti suhu udara cenderung stabil dan tidak ekstrem. London juga terletak di zona iklim sedang, yang mengakibatkan perubahan musim yang jelas sepanjang tahun.
Musim panas di London umumnya hangat, dengan suhu rata-rata antara 20 hingga 25 derajat Celsius. Namun, suhu dapat naik hingga 30 derajat Celsius pada hari-hari yang sangat panas. Musim panas seringkali disertai dengan kelembapan tinggi, yang dapat membuat suhu terasa lebih panas dan tidak nyaman.
Musim dingin di London cenderung sejuk, dengan suhu rata-rata antara 2 hingga 8 derajat Celsius. Suhu dapat turun di bawah titik beku, dan salju juga mungkin terjadi, meskipun tidak secara teratur. Cuaca musim dingin di London seringkali berubah-ubah, dengan periode cuaca dingin yang terkadang diselingi oleh periode hangat yang disebut “pertengahan musim dingin”.
Mengingat lokasinya yang berdekatan dengan Samudra Atlantik, London menerima pengaruh dari sistem cuaca barat daya, yang membawa hembusan angin laut dan kelembapan. Akibatnya, hujan adalah ciri khas cuaca London sepanjang tahun. Curah hujan di London relatif merata sepanjang tahun, meskipun cuaca cerah dan kering juga dapat terjadi, terutama di musim panas.
Suhu Global Mempengaruhi Suhu Ibukota Inggris
Namun, penting untuk dicatat bahwa perubahan iklim global telah mempengaruhi suhu udara di London dan di seluruh dunia. Peningkatan suhu rata-rata global menyebabkan peningkatan suhu udara di berbagai musim di London. Suhu udara yang lebih tinggi di musim panas dan suhu minimum yang lebih tinggi di musim dingin adalah beberapa contoh perubahan yang dapat terjadi.
Perubahan iklim juga dapat memengaruhi pola cuaca di London. Misalnya, peningkatan suhu global dapat meningkatkan kelembapan atmosfer, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko hujan lebat dan badai. Fenomena cuaca ekstrem seperti gelombang panas yang lebih sering, hujan deras, atau angin kencang bisa menjadi lebih umum dalam konteks perubahan iklim.